Selasa, 01 Maret 2011

Karyawan BI Ingin Memonopoli Bisnis ATM?

Oleh: Bastaman
Ekonomi - Selasa, 1 Maret 2011 | 05:53 WIB

INILAH.COM, Jakarta - Rencana Bank Indonesia (BI) untuk menyelaraskan seluruh jaringan nasional mesin anjungan tunai mandiri (ATM) dan kartu debit akan dilaksanakan tahun ini.

Sebagian besar bankir setuju karena program itu karena dianggap akan memberikan kemudahan bagi nasabah dalam penggunaan system alat pembayaran menggunakan kartu (APMK).

Menurut Ariwibowo, Kepala Biro Sistem Pembayaran Direktorat Akunting dan Sistem Pembayaran BI, program yang disebut dengan National Payment Gateway (NPG) itu merupakan salah satu upaya BI untuk menciptakan efisiensi dalam system pembayaran.

Yang menjadi masalah, nantinya di Tanah Air hanya ada satu perusahaan yang berfungsi sebagai switching serta menangani seluruh jaringan ATM maupun kartu debit. Padahal, saat ini ada tiga perusahaan pengelola jaringan ATM di Indonesia. Yakni PT Artajasa Pembayaran Elektronik (ATM bersama), PT Rintis Sejahtera (Prima) dan PT Daya Network Lestari (Alto).

Nah, perusahaan yang disebut-sebut bakal memonopoli jaringan ATM di Tanah Air itu adalah PT Artajasa, anak perusahaan PT Lintas Arta (milik perusahaan Indosat). Sampai tahun lalu, Artajasa sudah memiliki anggota 72 bank atau terbesar di Indonesia.

Rencana penunjukan Artajasa sebagai satu-satunya pengelola ATM di Tanah Air, konon, muncul setelah Yayasan Karyawan BI mengambil alih 50% kepemilikan di perusahaan tersebut. Tak heran bila rencana monopoli jaringan ATM oleh Artajasa ini menuai protes.

Salah satu yang tidak setuju dengan rencana BI tersebut adalah Rudy Ramli. Presiden Direktur PT Daya Network Lestari itu menilai program NPG serta penunjukan PT Artajasa sebagai satu-satunya pengelola jaringan ATM di Tanah Air bertentangan dengan Undang-undang Anti Monopoli serta persaingan usaha sehat.

“Kalau benar pengelolaan jaringan ATM dan kartu debit diserahkan ke PT Artajasa, kami akan mengadukannya ke KPPU,” kata anak pendiri Bank Bali ini. Memang wajar jika Rudy Ramli menolak rencana BI tersebut.

Soalnya, melalui program PNG, maka seluruh jaringan ATM yang dikelola PT Daya Network Lestari Aalto) maupun PT Rintis Sejahtera (Prima) akan tersambung dengan jaringan PT Artajasa (ATM Bersama).

Dengan demikian, fee yang selama ini dinikmati Alto dan Prima akan berkurang karena sebagian harus disetorkan ke Artajasa sebagai pengelola jaringan. Padahal saat ini Alto sudah memiliki anggota 16 bank, sedang Prima memiliki anggota 37 bank. [mdr]

sumber : http://ekonomi.inilah.com/read/detail/1279112/karyawan-bi-ingin-memonopoli-bisnis-atm


Tidak ada komentar: