Kamis, 18 Agustus 2011

Karyawan Carrefour Ancam Mogok, Manajemen Ajak Duduk Bareng

Sekitar seribuan karyawan PT Carrefour Indonesia di Jabodetabek mengancam melakukan mogok massal 26-28 Agustus 2011. Pihak manajemen menyayangkan ancaman ini dan meminta mereka duduk bareng mencari solusi.

Ancaman karyawan Carrefour itu menyusul tidak adanya respons dari pihak manajemen terkait pembentukan Perjanjian Kerja Bersama (PKB) yang mengatur hubungan industrial antara keduanya.

"Dari estimasi kami terhadap karyawan Carrefour yang ada di Jabodetabek, diperkirakan ada 1.000 lebih karyawan yang akan melakukan aksi mogok," kata Ketua Umum Serikat Pekerja Carrefour Indonesia (SPCI) Imam Setiawan dalam jumpa pers di Jakarta, Kamis (18/8/2011).

Mogok massal tersebut akan digelar 3 hari berturut-turut sebelum hari Lebaran, yaitu 26, 27, dan 28 Agustus 2011. "Kami menunggu respons dari surat yang kami layangkan kepada pihak manajemen. Kalau ternyata tidak ada itikad baik dari pihak manajemen maka mogok karyawan akan dilaksanakan," ancam Imam.

Aksi tersebut dilatari oleh tuntutan dari pihak karyawan yang menginginkan adanya Perjanjian Kerja Bersama (PKB) antara pihak pengusaha dan karyawan. "Salah satu tujuan dari PKB itu adalah meminta pihak manajemen untuk menghapuskan Perjanjian Kerja Antar Waktu," jelas Imam.

Karyawan juga meminta kepada manajemen untuk mengembalikan hak-hak puluhan karyawan yang diskorsing karena terlibat dalam serikat pekerja.

Menanggapi aksi SPCI ini, Head of Public Affairs PT Carrefour Indonesia Satria Hamid Ahmadi, sangat menyayangkan rencana aksi mogok massal itu. Menurut dia, seharusnya ancaman itu tidak perlu ada mengingat sampai detik ini pihak manajemen terus mencari solusi terhadap masalah yang mereka keluhkan.

"Seharusnya tidak perlu ada ancaman demo itu, karena sesungguhnya apa yang mereka keluhkan itu sedang kita bicarakan secara intens di internal. Seharusnya alangkah lebih baik jika kita duduk bareng dan mencari solusi yang baik dengan cara musyawarah dan mufakat," terang Satria saat dihubungi detikcom.

Satria membantah apa yang menjadi tuntutan karyawan selama ini tidak ditanggapi. Hanya saja terkait rencana ini, menurut dia, manajemen akan melihat dulu apakah ini murni keinginan karyawan atau ada yang mendalangi.

"Kita akan lihat dulu apakah ini murni dari serikat pekerja kita atau ada mempengaruhi dari luar yang coba merusak iklim kerja di Carrefour," tambahnya.

Terkait adanya keluhan dari karyawan yang meminta Perjanjian Kerja Antar Waktu dihapuskan, menurut Satria, itu pada awal mereka bekerja sudah diterangkan bagaimana sistem kerja di perusahaan retail.

"Pada awal bekerja mereka sudah diberi tahu bahwa sistem kerja di retail itu ada sistem kerjanya shift. Dan sesuai UU, kalau pembicaraan bilateral tidak bisa menyelesaikan masalah ini, maka bukan tidak mungkin ada mediasi dibantu oleh pemerintah dalam hal ini Kementerian Tenaga Kerja dan itu memang diperbolehkan," katanya.

Meski begitu, pihak manajemen, lanjut dia, akan tetap mengantisipasi seandainya aksi mogok massal itu tetap dilakukan. Dia berjanji kenyamanan konsumen tidak akan terganggu seandainya sebagian karyawan tetap memilih mogok kerja.

"Setahu saya yang tergabung dalam SPCI itu hanya 800-an karyawan. Tentu kita tetap tidak ingin terjadi, kita tetap akan ajak anak-anak kita untuk duduk bersama. Tapi kita tetap antisipasi kalau itu terjadi maka teman-teman yang tetap bekerja akan memback up ke tempat yang lain," ungkapnya.

"Yang penting kenyamanan konsumen untuk berbelanja tetap terjaga," tandas Satria.

(lia/asy)

sumber : detik.com

Tidak ada komentar: