Senin, 22 Agustus 2011

Hati-hati! Modus baru pembiusan dengan asap rokok bisa bikin koma

Banyak jalan menuju Roma, banyak cara juga untuk merampok orang. Demikian mungkin kata para penjahat yang menargetkan penumpang angkutan umum di musim mudik lebaran. Tak cukup dengan pembiusan dengan air kemasan, hipnotis, hingga copet, kini ada modus baru dalam hal pembiusan.

Pihak Polrestabes Surabaya meminta para pemudik Lebaran, terutama yang menumpang bus, kereta, dan angkutan umum lainnya, mewaspadai kejahatan pembiusan. Apalagi, sudah ada modus baru, yakni pembiusan lewat asap kecubung.

Kasubag Humas Polrestabes Surabaya Kompol Suparti menyatakan, para penjahat diduga sudah banyak yang menyebar di terminal bus, stasiun, pelabuhan, dan juga bandara.

“Mereka biasanya beraksi dalam kelompok kecil atau sindikasi. Tapi, ada juga yang sendirian,” ungkap Suparti, seperti yang dikutip Surya.co.id, pada Senin (22/8/2011).

Ia mengungkapkan sampai akhir pekan lalu, memang belum ada laporan kasus pembiusan. Meskipun demikian para pemudik tetap harus waspada. Sebab, selain kehilangan harta benda, korban juga bisa tak sadarkan diri hingga berujung kematian, jika dosis bius yang digunakan sangat besar.

Terkait hal tersebut, Suparti mengungkapkan sebaiknya pemudik yang menumpang angkutan umum tidak menerima makanan atau minuman dari orang tak dikenal.

“Apalagi dengan orang yang sok akrab dan solider,” ujarnya.

Modus pembiusan lewat makanan dan minuman memang populer. Zat bius dimasukkan ke gelas atau botol minuman dengan cara disuntikkan. Selanjutnya lubang suntikan itu ditutup dengan lem. Sifatnya yang tidak berasa, membuat kondisi minuman tidak berubah.

Berbeda dengan bius lewat makanan dan minuman, bius lewat asap biasanya menggunakan rokok yang terbuat dari tembakau dicampur biji atau bunga kecubung. Pelaku bisa memberikan rokok kecubung kepada korban atau mengembuskan asap rokok kecubung kepada korban yang mengantuk atau tengah tertidur pulas.

Pembiusan dengan asap pernah dialami oleh Muhammad Nuraini (23), warga Cengkareng, Babat, Lamongan, pada pertengahan Desember 2010. Penumpang bus jurusan Surabaya-Lamongan tersebut hilang kesadaran hingga harus dirawat di RSU Dr Soetomo Surabaya. Diduga pelaku membius korban dengan asap rokok kecubung. Indikasinya, korban tidak muntah serta koma dalam waktu lama.

Sebelumnya, pada pertengahan September 2009, Sopingi (47), pemudik asal Dusun Krajan, Desa Bagorejo Kec Srono, Banyuwangi, juga menjadi korban pembiusan model ini. Pedagang tembakau di Palu, Sulteng, ini ditemukan koma di bangku bus Kentjono di Terminal Jajag, Gambiran, Banyuwangi. Ponsel dan uang tunai Rp 5 juta miliknya raib. Hal tersebut terjadi setelah ia menyedot rokok pemberian pelaku. Dilihat dari perilaku yang agak liar, korban diperkirakan mengisap rokok yang dicampuri kecubung.

Bahkan, ada kemungkinan, pria berusia 35 tahun yang ditemukan koma, Sabtu (20/8) lalu, di Terminal Madiun adalah korban pembiusan dengan modus rokok kecubung ini. Saat ditemukan kru bus Cendana, korban yang sedang dalam perjalanan dari Surabaya menuju Madiun ini kehilangan semua barang bawaannya.

Sebelumnya, Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Baharudin Djafar, Kamis (18/8), juga mengimbau para penumpang angkutan umum untuk mewaspadai pembiusan dan hipnotis yang mulai marak belakangan ini. Untuk itu, pihak Polda Metro Jaya sudah menyiapkan call center menggantikan 112 yang kini tak berfungsi.

“Usahakan jangan sampai jalan sendiri,” ujarnya. Ia meminta penumpang membatasi komunikasi dengan orang tak dikenal. “Kalau ada hal mencurigakan hubungi call center polisi,” tambahnya.

Banyaknya kriminalitas yang terjadi saat musim lebaran menjadi indikator betapa bobroknya moral dan kualitas keimanan masyarakat. Bahkan setelah melalui bulan suci Ramadhan yang dipenuhi dengan ibadah dan aktivitas mendekatkan diri pada Allah Ta’ala, kedatangan Idul Fitri malah dijadikan sebagai masa panen kriminalitas untuk merampok jerih payah saudaranya sendiri. Wallohua’lam. (dbs/arrahmah.com)

Tidak ada komentar: