Senin, 22 Agustus 2011

Taqwa adalah Kunci Keberkahan dan Keselamatan di Dunia dan Akhirat

بسم الله الرحمن الرحيم

خطبة عيد الفطر المبارك عام 1432 هـ

Khutbah Iedul Fitri 1432H

Masjid Darussalam Kota Wisata

Judul :

TAQWA ADALAH KUNCI KEBERKAHAN DAN KESELAMATAN DI DUNIA DAN AKHIRAT

Refleksi Atas Ibadah Ramadhan

Oleh :

Ust. Fathuddin Ja’far, MA

Chairman of Spiritual Learning Centre (SLC)

Direktur Pesantren Internasional Mukjizat Sains Al-Qur’an dan As-Sunnah

الله أكبر, الله أكبر , الله أكبر كبيرا, و الحمد لله كثيرا و سبحان الله بكرة وأصيلا, لا اله الا الله وحده , صدق وعده ونصر عبده وأعز جنده وهزم الأحزاب وحده , لا أله الا الله و الله أكبر , الله أكبر و لله الحمد…..

إن الحمد لله وحده نحمده و نستعينه و نستغفره و ونستهديه ونتوب اليه و نعوذ بالله من شرور أنفسنا وسيئات أعمالنا من يهده الله فهو المهتد ومن يضلله فلن تجد له وليا مرشدا. أشهد أن لا اله الا الله وحده لا شريك له و أشهد أن محمدا عبده ورسوله بلغ الرسالة وأدى الأمانة و نصح للأمة وتركنا على المحجة البيضاء ليلها كنهارها لا يزيغ عنها الا هلك اللهم فصل وسلم على حبيبنا المصطفى محمد بن عبد الله وعلى آله وصحبه و من اتبع هداه واستن بسنته واهتدى بهديه و جاهد في سبيل الله حق جهاده إلى يوم الدين. أما بعد فيا عباد الله…. أوصيكم ونفسي بتقوى الله وطاعته فقد فاز المتقون, فقال الله تعالى في كتابه الكريم وهو أصدق القـائلين أعوذ بالله من الشيطان الرجيم :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ (102) وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَى شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ (103 (سورة آل عمران)

Kaum Musilimin Wal Muslimat Rahimakumullah…..

Di hari yang mulia ini, kita puji, kita agungkan, kita sucikan dan kita muliakan Allah, Tuhan Pencipta kita dan Pencipta alam semesta. Dalam kesempatan yang baik ini, sepantasnyalah kita bersyukur pada Allah atas segala limpahan rahmat, inayah dan karunia-Nya yang tak terhingga, sehingga di pagi yang cerah ini, kita dapat hadir bersama di masjid yang mulia ini untuk melakukan ibadah shalat Iedul Fitri 1432 Hijriyah, sebagai bagian yang tak terpisahkan dari ibadah Ramadhan yang baru saja kita selesaikan.

Shalawat dan salam mari kita bacakan untuk Nabi Kita, Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Nabi Allah terakhir yang menjadi teladan kita dalam menjalankan hidup dan kehidupan di dunia ini. Tanpa meneladani Beliau, kita tidak akan selamat dalam kehidupan dunia dan kehidupan akhirat kelak. Beliau adalah Nabi dan Rasul Allah terakhir. Tidak ada nabi atau rasul setelah Beliau. Bagi yang mengklaim menjadi nabi atau rasul Allah setelah kenabian dan kerasulan Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam adalah kebohongan yang nyata. Meyakininya akan merusak makna dua kalimat syahadat yang sudah kita ikrarkan. Dengan demikian, maka iman dan islam kita juga menjadi rusak dan batal. Nau’dzubillahi minzalik…

Kaum Musilimin Wal Muslimat Rahimakumullah…..

Sesungguhnya semua ibadah yang Allah syari’atkan untuk manusia bertujuan membentuk mereka menjadi hamba-hamba-Nya yang bertaqwa kepada-Nya. Allah berfirman :

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ (21)

Wahai manusia, sembahlah Tuhan Penciptamu dan Pencipta orang-orang sebelum kamu agar kamu berTaqwa. (QS. Al-Baqarah [2] : 21)

Imam Raghib Al-Ashfahani menjelaskan definisi Taqwa kepada Allah ialah menjaga diri dari perbuatan dosa dengan meninggalkan apa saja yang dilarang-Nya. Ketaqwaan seseorang akan menjadi sempurna dengan meninggalkan sebagian yang dibolehkan Allah padanya, khususnya apabila menimbulkan ekses negatif dalam diri seperti kebanggaan, riya’, lalai mengingat Allah dan sebagainya. Taqwa kepada Allah pada hakikatnya ialah menjunjung tinggi semua perintah Allah yang dijelaskan-Nya dalam Al-Qur’an dan dijelaskan Rasul Saw. dalam Sunnah Beliau. Pada waktu yang sama, meninggalkan semua yang dilarang Allah sebagaimana yang dijelaskan-Nya dalam Al-Qur’an dan dijelaskan pula oleh Rasul Saw. dalam Sunnah Beliau.

Jika setiap individu Muslim di negeri ini, atau mayoritas Muslim di negeri ini bertaqwa kepada Allah, maka akan terbentuk masyarakat Taqwa. Bila masyarakatnya sudah menjadi masyarakat Taqwa Kepada Allah, maka pemerintahannya juga akan menjadi pemerintahan Taqwa Kepada Allah. Sebab itu, kita merindukan lahirnya masyarakat Taqwa Kepada Allah di negeri ini yang mayorits penduduknya Muslim, sehingga pemerintahannyapun menjadi pemerintahan Taqwa Kepada Allah ’Azza Wajalla.

Jika ada yang bertanya : Kenapa kita merindukan masyarakat Taqwa Kepada Allah? Kenapa bukan masyarakat maju ekonomi, sains dan teknologi seperti masyarakat Eropa, Amerika, Jepang dan lain sebagainya? Jawabannya ialah :

SATU. Jaminan keberkahan hidup seseorang dan suatu negeri dan keselamatan penduduknya dari azab Allah di dunia dan di akhirat hanya jika mereka bertaqwa kepada Allah. Keberkahan hidup akibat Taqwa kepada Allah itu mencakup solusi problematika kehidupan, kemajuan sarana hidup, keamanan dan keselamatan diri dan negeri. Keselamatan di dunia ialah terhindar dari berbagai krisis, bencana dan azab yang Allah timpakan. Sedangkan keselamatan akhirat adalah selamat dari azab neraka dan dimasukkan Allah ke dalam syurga-Nya. Allah berfirman :

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آَمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ (96) أَفَأَمِنَ أَهْلُ الْقُرَى أَنْ يَأْتِيَهُمْ بَأْسُنَا بَيَاتًا وَهُمْ نَائِمُونَ (97) أَوَأَمِنَ أَهْلُ الْقُرَى أَنْ يَأْتِيَهُمْ بَأْسُنَا ضُحًى وَهُمْ يَلْعَبُونَ (98) أَفَأَمِنُوا مَكْرَ اللَّهِ فَلَا يَأْمَنُ مَكْرَ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْخَاسِرُونَ (99) أَوَلَمْ يَهْدِ لِلَّذِينَ يَرِثُونَ الْأَرْضَ مِنْ بَعْدِ أَهْلِهَا أَنْ لَوْ نَشَاءُ أَصَبْنَاهُمْ بِذُنُوبِهِمْ وَنَطْبَعُ عَلَى قُلُوبِهِمْ فَهُمْ لَا يَسْمَعُونَ (100) تِلْكَ الْقُرَى نَقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ أَنْبَائِهَا وَلَقَدْ جَاءَتْهُمْ رُسُلُهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ فَمَا كَانُوا لِيُؤْمِنُوا بِمَا كَذَّبُوا مِنْ قَبْلُ كَذَلِكَ يَطْبَعُ اللَّهُ عَلَى قُلُوبِ الْكَافِرِينَ (101) وَمَا وَجَدْنَا لِأَكْثَرِهِمْ مِنْ عَهْدٍ وَإِنْ وَجَدْنَا أَكْثَرَهُمْ لَفَاسِقِينَ (102)

Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan berTaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.(96) Maka apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di malam hari di waktu mereka sedang tidur?(97) Atau apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di waktu dhuha (matahari sepenggalahan naik) ketika mereka sedang bermain?(98) Maka apakah mereka merasa aman dari makar Allah (azab yang tidak terduga-duga)? Tiada yang merasa aman dan azab Allah kecuali orang-orang yang merugi.(99) Dan apakah belum jelas bagi orang-orang yang mewarisi suatu negeri sesudah (lenyap) penduduknya, bahwa kalau Kami menghendaki tentu Kami azab mereka karena dosa-dosanya; dan Kami kunci mati hati mereka sehingga mereka tidak dapat mendengar (pelajaran lagi)?(100) Negeri-negeri (yang telah Kami binasakan) itu, Kami ceritakan sebagian dari berita-beritanya kepadamu (Muhammad). Dan sungguh telah datang kepada mereka rasul-rasul mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, maka mereka (juga) tidak beriman kepada apa yang dahulunya mereka telah mendustakannya. Demikianlah Allah mengunci mata hati orang-orang kafir.(101) Dan Kami tidak mendapati kebanyakan mereka memenuhi janji. Sesungguhnya Kami mendapati kebanyakan mereka orang-orang yang fasik.(102) (QS. Al-A’raf [7] : 96 – 102)

DUA. Allah telah menetapkan Taqwa kepada-Nya sebagai standar penilaian-Nya terhadap manusia. Allah tidak jadikan harta, kedudukan, pangkat, kekuasaan dan acuan materi lainnya dalam memuliakan hamba-Nya, melainkan berdasarkan Taqwa kepada-Nya. Sebab itu, orang yang paling mulia di sisi Allah, adalah orang yang paling baik kualitas Taqwanya. Allah berfirman :

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ (13)

Wahai sekalian manusia. Sesungguhnya Kami ciptakan kamu sebagai laki-laki dan perempuan, dan Kami jadikan kalian berbangsa-bangsa dan beraneka suku agar kalian mudah untuk saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di sisi Allah di antara kalian adalah yang paling baik Taqwanya. (QS. Al-Hujurat [49] : 13)

الله أكبر, الله أكبر , الله أكبر كبيرا, و الحمد لله كثيرا و سبحان الله بكرة وأصيلا, لا اله الا الله, الله أكبر , الله أكبر و لله الحمد…..

Kaum Muslimin Wal Muslimat Rahimakumullah…

Karena Taqwa itu adalah standar kualitas hidup dan kemuliaan seorang hamba, maka Taqwa juga Allah jadikan sebaik-baik pakaian kita di dunia, sebagaimana firman-Nya :

يَا بَنِي آَدَمَ قَدْ أَنْزَلْنَا عَلَيْكُمْ لِبَاسًا يُوَارِي سَوْآَتِكُمْ وَرِيشًا وَلِبَاسُ التَّقْوَى ذَلِكَ خَيْرٌ ذَلِكَ مِنْ آَيَاتِ اللَّهِ لَعَلَّهُمْ يَذَّكَّرُونَ (26)

Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian Taqwaitulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat. (QS. Al-A’raf [7] : 26)

Karena Taqwa itu adalah standar kualitas hidup dan kemuliaan seorang hamba, maka Taqwa juga Allah jadikan sebaik-baik bekal kita dalam menuju Allah dan ridha-Nya, sebagaimana firman-Nya :

الْحَجُّ أَشْهُرٌ مَعْلُومَاتٌ فَمَنْ فَرَضَ فِيهِنَّ الْحَجَّ فَلَا رَفَثَ وَلَا فُسُوقَ وَلَا جِدَالَ فِي الْحَجِّ وَمَا تَفْعَلُوا مِنْ خَيْرٍ يَعْلَمْهُ اللَّهُ وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ (197)

(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh lagi berkata kotor, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah Taqwa dan bertaqwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal (QS. Al-Baqarah [2] : 197)

Karena Taqwa itu adalah standar kualitas hidup dan kemuliaan seorang hamba, maka Taqwa juga Allah jadikan sebaik-baik landasan pembangunan sarana ibadah dan berbagai bentuk pembangunan sarana hidup lainnya, sebagaimana firman Allah :

لا تَقُمْ فِيهِ أَبَدًا لَمَسْجِدٌ أُسِّسَ عَلَى التَّقْوَى مِنْ أَوَّلِ يَوْمٍ أَحَقُّ أَنْ تَقُومَ فِيهِ فِيهِ رِجَالٌ يُحِبُّونَ أَنْ يَتَطَهَّرُوا وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُطَّهِّرِينَ (108)

Janganlah kamu berdiri (shalat) dalam masjid (yang didirikan oleh kaum munafik) itu selama-lamanya. Sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar taqwa (masjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu sholat di dalamnya. Di dalam masjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih. (QS. At-Taubah [9] : 108)

Karena Taqwa itu adalah standar kualitas hidup dan kemuliaan seorang hamba, maka Taqwa juga Allah jadikan dasar penerimaan kurban dan berbagai bentuk pengorbanan lainnya, sebagaimana firman-Nya :

وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ ابْنَيْ آَدَمَ بِالْحَقِّ إِذْ قَرَّبَا قُرْبَانًا فَتُقُبِّلَ مِنْ أَحَدِهِمَا وَلَمْ يُتَقَبَّلْ مِنَ الْآَخَرِ قَالَ لَأَقْتُلَنَّكَ قَالَ إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ (27)

Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan korban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil): “Aku pasti membunuhmu!.” Berkata Habil: “Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertaqwa” (QS. Al-Maidah [5] : 27)

Karena Taqwa itu adalah standar kualitas hidup dan kemuliaan seorang hamba, maka kalimat Taqwa (لا إِلَهَ إِلا اللَّهُ) juga Allah jadikan ikatan dan sekaligus lambang kebanggaan masyarakat Mukmin, bukan harta, kesukuan, warna kulit dan ikatan jahiliyah lainnya, sebagaimana firman-Nya :

إِذْ جَعَلَ الَّذِينَ كَفَرُوا فِي قُلُوبِهِمُ الْحَمِيَّةَ حَمِيَّةَ الْجَاهِلِيَّةِ فَأَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَى رَسُولِهِ وَعَلَى الْمُؤْمِنِينَ وَأَلْزَمَهُمْ كَلِمَةَ التَّقْوَى وَكَانُوا أَحَقَّ بِهَا وَأَهْلَهَا وَكَانَ اللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا (26)

Ketika orang-orang kafir menanamkan dalam hati mereka kesombongan (kebanggaan) kesombongan jahiliyah, lalu Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya, dan kepada orang-orang mukmin dan Allah mewajibkan kepada mereka (kebanggan pada) kalimat-Taqwa (لا إِلَهَ إِلا اللَّهُ) dan mereka adalah yang paling berhak dengan kalimat Taqwa itu dan patut memilikinya. Dan Allah adalah Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS. Al-Fath [48] : 26)

Karena Taqwa itu adalah standar kualitas hidup dan kemuliaan seorang hamba, maka Taqwa itu adalah milik Allah dan Dialah yang paling berhak untuk kita bertaqwa atau taati semua sistem-Nya, sebagaimana firman-Nya :

وَمَا يَذْكُرُونَ إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ هُوَ أَهْلُ التَّقْوَى وَأَهْلُ الْمَغْفِرَةِ (56)

Dan mereka tidak akan mengambil pelajaran daripadanya kecuali (jika) Allah menghendakinya. Dia (Allah) Tuhan Pemilik Taqwa yang patut (kita) bertaqwa kepada-Nya dan berhak memberi ampunan. (QS. Al-Muddats-tsir [74] : 56)

الله أكبر, الله أكبر , الله أكبر كبيرا, و الحمد لله كثيرا و سبحان الله بكرة وأصيلا, لا اله الا الله, الله أكبر , الله أكبر و لله الحمد…..

Kaum Muslimin Wal Muslimat Rahimakumullah…

Sesungguhnya Taqwa kepada Allah adalah nilai (value) yang tertinggi dan tidak ada yang lebih tinggi darinya. Di samping itu, Taqwa adalah anugerah Allah kepada hamba-hamba-Nya yang Mukmin agar terbuka pintu keberkahan-Nya kepada mereka selebar-lebarnya dan pada waktu yang sama agar mereka terproteksi dari murka dan azab-Nya. Selain nilai Taqwa kepada Allah adalah kebohongan, kepalsuan dan fatamorgana. Oleh sebab itu, di hari yang mulia ini, sepantasnya kita bertanya pada diri kita masing-masing : Sudah sejauh mana nilai-nilai Taqwa kepada Allah kita pahami dan implementasikan dalam diri dan kehidupan kita sehari-hari?

Ketahuilah wahai kaum Muslimin rahimakumullah! Hidup dan kehidupan yang terlepas dari Taqwa kepada Allah bukan hanya kehidupan yang sia-sia, akan tetapi menanggung resiko yang sangat besar, baik di dunia maupun di akhirat kelak. Faktanya, seperti yang kita saksikan saat ini. Betapa kehancuran sudah melanda semua sisi kehidupan kita. Kehancuran moral dengan pola hidup hedonisnya. Kehancuran ekonomi melaui sistem kapitalis ribawi dan materialisnya. Kehancuran dunia pendidikan, hukum dan perundang-undangan dengan sistem sekularnya. Krisis politik dan kepemimpinan dengan menghalalkan segala cara. Korupsi, hedonisme dan narkoba sudah menjadi gelombang angin topan yang sangat keras yang sedang menghantam negeri kita yang mayoritas penduduknya Muslim.

Itulah bahaya dan wabah multidimensi yang sedang melanda negeri ini, semakin hari semakin mengerikan. Akibatnya, kezaliman terjadi dalam banyak lapangan kehidupan. Kezaliman politik yang selalu mendiskreditkan dan menzalimi umat Islam yang ingin menerapkan nilai-nilai Islam secara utuh dan konsisten di negeri yang mayoritas Muslim ini. Padahal semua tahu bahwa negeri ini dimerdekakan dari kolonial Eropa dan Jepang dengan teriakan Allahu Akbar. Demikian pula kezaliman politik dan ekonomi yang telah menyebabkan masyarakat bawah (grass root) hidup menderita dalam kemiskinan dan kebodohan secara turun temurun. Kezaliman hukum dan perundang-undangan yang telah mengakibatkan negeri ini kehilangan keadilan. Hukum hanya berlaku bagi masyarakat lemah, sedangkan yang kuat dibiarkan melenggang kesanadan kemari. Kezaliman pendidikan yang telah menyebabkan generasi kita menjadi generasi sekular, hedonis, tersesat dari tujuan hidup dan jauh dari ajaran Islam. Kezaliman media yang telah menciptakan masyarakat dan generasi muda kita kehilangan orientasi hidup, akhlak mulia dan tenggelam dalam lautan syahwat dan hedonisme.

Sebab itu, saatnya kita jadikan Taqwa kepada Allah sebagai jantung kehidupan negeri ini dan menjadi acuan kehidupan agar umat Islam dan semua penduduknya tidak lebih lama lagi tersesat dan terlunta-lunta di padang pasir kesesatan sebagaimana yang dialami sebelumnya oleh kaum bani Israel yang terlunta-lunta di gurun Tih, dan bahkan sampai hari kiamat.

Adapun impelementasi Taqwa dalam kehidupan adalah dengan menerapkan semua sistem ibadah yang telah disyari’atkan Allah untuk kita, sebagaimana yang tertuang dalam Al-Qur’an dan Sunnah Rasul Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Sedangkan sistem ibadah tersebut mencakup semua sisi kehidupan kita dan tidak ada satupun yang terlupakan atau terlewatkan:

  1. Sisi Keimanan atau akidah yang didasari rukun iman yang enam.
  2. Sisi Ibadah mahdhah yang mencakup rukun Islam yanglima.
  3. Sisi Syari’ah (hukum dan perundang-undangan) yang mencakup hukum pidana dan perdata, politik pemerintahan; kepala negara, politik dalam dan luar negeri, hubungan internasional (dengan negeri-negeri kafir), ekonomi, keamanan (jihad), pendidikan, seni, budaya dan seterusnya.
  4. Sisi Akhlak yang berfungsi sebagai finishing touch dari tiga poin sebelumnya sehingga dalam penerapannya menjadi indah, efektif, penuh keadilan, terlepas dari kezaliman, Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN).

Allah mengisyaratkan empat (4) hal tersebut dalamsuratAl-Baqarah ayat 177 – 184:

لَيْسَ الْبِرَّ أَنْ تُوَلُّوا وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَكِنَّ الْبِرَّ مَنْ آَمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّينَ وَآَتَى الْمَالَ عَلَى حُبِّهِ ذَوِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَالسَّائِلِينَ وَفِي الرِّقَابِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَآَتَى الزَّكَاةَ وَالْمُوفُونَ بِعَهْدِهِمْ إِذَا عَاهَدُوا وَالصَّابِرِينَ فِي الْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ وَحِينَ الْبَأْسِ أُولَئِكَ الَّذِينَ صَدَقُوا وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ (177) يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِصَاصُ فِي الْقَتْلَى الْحُرُّ بِالْحُرِّ وَالْعَبْدُ بِالْعَبْدِ وَالْأُنْثَى بِالْأُنْثَى فَمَنْ عُفِيَ لَهُ مِنْ أَخِيهِ شَيْءٌ فَاتِّبَاعٌ بِالْمَعْرُوفِ وَأَدَاءٌ إِلَيْهِ بِإِحْسَانٍ ذَلِكَ تَخْفِيفٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَرَحْمَةٌ فَمَنِ اعْتَدَى بَعْدَ ذَلِكَ فَلَهُ عَذَابٌ أَلِيمٌ (178) وَلَكُمْ فِي الْقِصَاصِ حَيَاةٌ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ (179) كُتِبَ عَلَيْكُمْ إِذَا حَضَرَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ إِنْ تَرَكَ خَيْرًا الْوَصِيَّةُ لِلْوَالِدَيْنِ وَالْأَقْرَبِينَ بِالْمَعْرُوفِ حَقًّا عَلَى الْمُتَّقِينَ (180) فَمَنْ بَدَّلَهُ بَعْدَمَا سَمِعَهُ فَإِنَّمَا إِثْمُهُ عَلَى الَّذِينَ يُبَدِّلُونَهُ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ (181) فَمَنْ خَافَ مِنْ مُوصٍ جَنَفًا أَوْ إِثْمًا فَأَصْلَحَ بَيْنَهُمْ فَلَا إِثْمَ عَلَيْهِ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ (182) يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ (183) أَيَّامًا مَعْدُودَاتٍ فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ وَعَلَى الَّذِينَ يُطِيقُونَهُ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ فَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَهُ وَأَنْ تَصُومُوا خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ (184)

Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang berTaqwa.(177) Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash (hukum pidana) berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka dengan orang merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita dengan wanita. Maka barangsiapa yang mendapat suatu pema’afan dari saudaranya, hendaklah (yang mema’afkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi ma’af) membayar (diat) kepada yang memberi ma’af dengan cara yang baik (pula). Yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu, maka baginya siksa yang sangat pedih (178) Dan dalam qishaash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, hai orang-orang yang berakal, supaya kamu berTaqwa.(179) Diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu kedatangan (tanda-tanda) maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak, berwasiat (hukum waris) untuk ibu-bapak dan karib kerabatnya secara ma’ruf, (ini adalah) kewajiban atas orang-orang yang berTaqwa.(180) Maka barangsiapa yang mengubah wasiat itu, setelah ia mendengarnya, maka sesungguhnya dosanya adalah bagi orang-orang yang mengubahnya. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.(181) (Akan tetapi) barangsiapa khawatir terhadap orang yang berwasiat itu, berlaku berat sebelah atau berbuat dosa, lalu ia mendamaikan antara mereka, maka tidaklah ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(182) Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa,(183) yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.(184).

Dari delapan (8) ayat yang Allah sampaikan secara berurutan tersebut terlihat dengan jelas bahwa Allah menciptakan empat sistem kehidupan manusia yang saling terkait dan terintegrasi, tidak mungkin bisa dipisahkan satu dengan yang lainnya. Karena target utama dari empat sistem ubudiyah tersebut sama-sama bertujuan membentuk karakter taqwa pada Allah bagi manusia-manusia yang telah melandasinya dengan konsep Tauhid.

Hal ini sesuai dengan misi penciptaan manusia dan kehadirannya di atas muka bumi ini, sebagaimana yang Allah tetapkan dan jelaskan :

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ (56)

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecual untuk beribadah kepada-Ku. (QS. Adz-Dzariyat [51] : 56)

Karena Allah menciptakan manusia untuk beribadah kepada-Nya, maka sangat logis jika Allah sebagai Tuhan Pencipta yang Maha Kuasa, Maha Berilmu dan Maha Bijaksana, menciptakan semua sistem hidup yang diperlukan manusia dengan sempurna dan lengkap seperti yang dijelaskan sebelumnya. Semua sistem tersebut bertujuan membentuk karakter Taqwa bagi kaum Mukmin agar mereka meperoleh kucuran keberkahan-Nya dalam kehidupan di dunia ini dan terhindar pula dari krisis dan azab-Nya di dunia dan akhirat.

الله أكبر, الله أكبر , الله أكبر كبيرا, و الحمد لله كثيرا و سبحان الله بكرة وأصيلا, لا اله الا الله, الله أكبر , الله أكبر و لله الحمد…..

Kaum Muslimin Wal Muslimat Rahimakumullah…

Ibadah Ramadhan yang baru saja kita jalankan sebulan penuh dan berulang-ulang setiap tahun itu sangatlah istimewa dalam pembentukan karakter taqwa bagi kaum Mukmin. Jika dilaksanakan dengan baik, maksimal dan dilandasi iman dan ihtisab, maka dijamin mampu mengkondisikan lahirnya individu-individu Taqwa kepada Allah yang pada akhirnya akan terbentuk masyarakat Taqwa kepada Allah.

Paling tidak ada tiga hal yang menyebabkan ibadah Ramadhan itu efektif dalam pembentukan karakter Taqwa dalam diri kita :

  1. Ibadah Ramadhan itu berfungsi sebagai manajemen informasi, yaitu melalui interaksi dengan Al-Qur’an. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa di bulan Ramadhan Allah turunkan Al-Qur’an pertama kali sehingga bulan Ramadhan itu menjadi bulan yang penuh berkah dan malam turunnya Al-Qur’an menjadi bernilai lebih baik dari 1.000 bulan atau 83,33 tahun. Keberkahan malam dan bulan Ramadhan itu Allah tetapkan berlanjut sampai kiamat. Al-Qur’an menyebutnya dengan Lailatun Mubarokah dan Lailatul Qadr.

Allah menurunkan Al-Qur’an itu sebagai sumber informasi dan ilmu pengetahuan bagi manusia, atau disebut juga sebagai software Allah yang terbaik untuk otak manusia agar pemikiran mereka lurus dan benar. Jika otak kita diisi dengan software yang lurus dan benar, maka akan melahirkan produk-produk pemikiran yang lurus dan benar pula. Sedangkan indikasi pemikiran yang lurus ialah mengetahui dengan baik perbedaan antara hak dan batil, halal dan haram, keselamatan dan kehancuran, petunjuk dan kesesatan, kebaikan dan keburukan, hakikat Tuhan Pencipta dan tuhan-tuhan palsu, tauhid dan syirik, iman dan kufur, syukur dan ingkar nikmat. Mengerti hakikat Allah sebagai Tuhan Pencipta, hakikat alam semesta, hakikat manusia, kehidupan dunia, kehidupan akhirat, fakta-fakta ilmu pengetahuan dalam penciptaan laingit, bumi, manusia dan sebagainya serta fakta sejarah umat-umat terdahulu sejak Nabi Adam ‘Alihissalam sampai Nabi Muhammmad shallallahu ‘alaihi wasallam, baik umat yang Allah muliakan dan mendapat limpahan keberkahan-Nya maupun yang Allah hancurkan dan musnahkan. Allah menjelaskan:

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآَنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ

Ramadhan adalah bulan yang di dalamnya Allah turunkan Al-Qur’an, sebagai petujuk hidup (hudan) untuk manusia dan penjelasan petunjuk hidup serta pembeda antara hak dan batil… (QS. Al-Baqarah [2] : 185)

Sebab itu, para ulama Islam menyebut Ramadhan itu adalah syahrul Qur’an atau bulan Al-Qur’an. Artinya, Ramadhan adalah bulan kesempatan terbaik bagi kita untuk berinteraksi dengan Al-Qur’an secara intensif dan serius. Karena Al-Qur’an itu adalah software dan program yang dirancang Allah untuk kita install ke dalam otak kita yang berfungsi sebagai hardwarenya yang sangat unik dan memiliki sambungan jaringan saraf sekitar 2 milyar. Jika kita ingin memiliki otak yang cerdas dan istimewa, maka installlah softwarenya yang cerdas dan istimewa pula, yakni Al-Qur’an. Kalau kita install sowtware dan program selain yang Allah ciptakan, maka otak kita akan error (rusak) cara kerjanya dan pasti akan melahirkan produk pemikiran yang rusak pula seperti sekularisme, liberalisme, nasionalisme, kapitalisme, materialisme, sosialisme dan seterusnya.

Sebab itu tidak heran, jika Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam membaca dan mempelajari Al-Qur’an setiap malam di bulan Ramadhan dengan Jibril. Para Sahabat Beliau juga meningkatkan interaksi mereka dengan Al-Qur’an di bulan Ramadhan. Sebagaimana kita ketahui, sebelum mereka masuk Islam dan berinteraksi dengan Al-Qur’an, pola fikir dan gaya hidup para sahabat itu sangatlah hina dan jahiliyyah. Namun setelah mereka menginstall software dan program Al-Qur’an ke dalam otak mereka, mereka berubah menjadi orang-orang jenius, istimewa, generasi Islam terbaik yang diliputi keberkahan dan kebaikan hidup di dunia dan akhirat. Kalau kita ingin sampai meraih kebaikan apa yang mereka raih, maka jawabannya, berinteraksilah dengan Al-Qur’an sebagaimana yang mereka lakukan. Inilah yang ditekankan Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam pada kita :

خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ

Sebaik-baik kamu adalah yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya (HR. Imam Al-Bukhari dan Muslim)

SATU. Ibadah Ramadhan itu berfungsui sebagai manajemen hati (jantung) melalui berbagai amal ibadah yang kita lakukan, khususnya ibadah Qiyam (shalat taraweh dan shalat malam lainnya). Barangkali kita bertanya: Apa kaitan semua amal ibadah itu dengan manajemen hati (jantung) kita? Jantung adalah alat canggih dan vital kedua yang Allah ciptakan dalam diri kita setelah otak. Secara fisik, jantung berfungsi untuk memompa darah sehingga darah mengalir ke seluruh anggota tubuh kita. Namun secara psikis, jantung (hati) adalah tempat bersemayamnya iman dan taqwa kepada Allah. Jika otak kita berfungsi sebagai hardware bagi program atau software Allah yang bernama Al-Qura’an, maka jantung juga berfungsi sebagai hardware bagi sistem keimanan dan semua sifat batin yang Allah ciptakan untuk kita. Artinya, software dan program yang cocok untuk jantung (hati) kita hanya sistem keimanan dan taqwa yang medianya melalui sistem ibadah yang Allah ciptakan.

Sebab itu, ibadah sangat erat kaitannya dengan keimanan pada Allah, taqwa kepada Allah, tawakkal kepada Allah, percaya penuh (tsiqah) pada Allah, yakin kepada kekuasaan dan kebesaran Allah, takut akan murka dan azab Allah, berharap rahmat Allah dan seterusnya. Iman, taqwa, tawakkal, percaya penuh (tsiqah), yakin, takut, berharap dan semua sifat batin lainnya letaknya dalam jantung (hati) kita. Sedangkan iman dan berbagai sifat positif batin tersebut mengalami pasang surut, sehat dan sakit, bertambah dan berkurang dan bahkan mengalami kematian.Paraulama menjelaskan bahwa iman dan semua sifat positif batin tersebut akan bertambah atau sehat dengan berbagai ibadah yang kita lakukan. Sebaliknya, sifat-sifat positif batin, khususnya keimanan dan ketaqwaan akan turun kualitasnya atau sakit dan bahkan bisa mati akibat dosa-dosa yang kita lakukan.

Di samping apa yang disebutkan di atas, berbagai ibadah yang kita lalukan dalam bulan Ramadhan berfungsi untuk meluruskan orientasi dan berbagai aktivitas hidup dari bermacam-macam menjadi hanya kepada Allah dan untuk Allah semata. Inilah inti komitmen yang selalu kita baca ketika membaca do’a iftitah dalam shalat :

قُلْ إِنَّ صَلاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ (162) لا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ (163)

Katakanlah, sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan Pencipta semesta Alam (162) Tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah). (163) (QS. Al-An’am [6] : 162-163)

Agar berbagai ibadah tersebut berfungsi untuk meningkatkan kualitas iman dan taqwa, kita juga harus siap memenej ibadah bedasarkan aturan, sistem, dan ketentuan Allah dan Rasul-Nya, baik tujuannya, caranya maupun skala prioritasnya. Berbagai ibadah Ramadhan akan kita rasakan manfaatnya bagi perbaikan sifat-sifat positif batin jika kita menej dan kerjakan berdasarkan tiga prinsip tersebut. Sebab itu, ibadah Ramadhan, khususnya Qiyam Ramadhan (sholat malam) adalah lambang kesiapan kita untuk berdiri dan mengemban semua amanah dan kewajiban yang Allah pikulkan ke pundak kita semasa kita hidup di dunia ini. Sebagai hamba Allah yang taat kepada-Nya, kita tidak punya pilihan selain memikulnya. Ini adalah bukti bahwa kita adalah hamba-Nya yang beriman kepada-Nya, dengan mengharapkan segala kebaikan yang dijanjikan-Nya.

Sesungguhnya kewajiban ibadah yang diciptakan Allah untuk kita adalah sebuah karunia, kemuliaan dan keuntungan yang tidak pernah rugi, termasuk kewajiban memahami, mengamalkan, dan memperjuangkan program-program Al-Qur’an agar menjadi petunjuk hidup (hudan) kita dan manusia lainnya; ibadah shalat, pengorbanan dengan harta untuk mencari solusi kesulitan ekonomi masyarakat dan berbagai ibadah lainnya. Allah menjelaskan :

إِنَّ الَّذِينَ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَأَنْفَقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلَانِيَةً يَرْجُونَ تِجَارَةً لَنْ تَبُورَ (29) لِيُوَفِّيَهُمْ أُجُورَهُمْ وَيَزِيدَهُمْ مِنْ فَضْلِهِ إِنَّهُ غَفُورٌ شَكُورٌ (30)

Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian rezki yng Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharap perniagaan yang tidak akan merugi, (29) agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambahkan karunia-Nya kepada mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri (30) {QS. Fathir (35) : 29-30}

Ibadah Ramadhan juga mengajarkan kita untuk siap selalu mengikuti semua ibadah dan sistem hidup yang Allah syari’atkan dan Rasulullah contohkan bedasarkan urutan dan prioritasnya. Dalam Islam, ibadah-ibadah wajib atau fardhu harus didahulukan dari pada ibadah-ibadah sunnah/nafilah. Jangan sampai melaksanakan shalat taraweh di masjid lebih semangat dari pada melakukan shalat isya dan shalat-shalat fardhu lainnya, shalat iedul fitri dan iedul adh-ha lebih semangat ketimbang shalat jum’at dan shalat subuh di masjid. Jangan sampai infaq lebih semangat kita lakukan ketimbang menunaikan zakat dan begitulah seterusnya.

Dalam konteks ini, Qiyam Ramadhan mengajarkan dan melatih kita untuk mendahulukan amal-amal yang wajib dari amal-amal yang sunnah dan fardhu ‘ain sebelum fardhu kifayah. Namun demikian bukan berarti kita mencukupkan amal ibadah kita dengan ibadah-ibadah yang wajib saja dan tidak tertarik melakukan yang sunnah (nawafil). Keduanya harus kita kerjakan dengan ikhlas dan bersungguh-sungguh secara berurutan. Karena untuk mencapai kedekatan dengan Allah, kita harus terlebih dahulu melakukan ibadah-ibadah yang Ia wajibkan pada kita. Ini adalah tingkat dasar untuk sampai menjadi kekasih Allah. Sedangkan untuk meraih kasih sayang-Nya adalah dengan melakukan ibadah-ibadah sunnah yang disyari’atkan-Nya, setelah terlebih dahulu melakukan ibadah-ibadah wajib. Kalau kita berhasil meraih kedekatan-Nya melalui ibadah-ibadah fardhu, kemudian dilanjutkan dengan melakukan ibadah-ibadah sunnah, maka peluang meraih rahmat Allah, atau menjadi kekasih atau wali Allah sangatlah mungkin. Dalam sebuah hadist Qudsi di jelaskan :

إِنَّ اللَّهَ قَالَ مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ وَمَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا وَإِنْ سَأَلَنِي لَأُعْطِيَنَّهُ وَلَئِنْ اسْتَعَاذَنِي لَأُعِيذَنَّهُ وَمَا تَرَدَّدْتُ عَنْ شَيْءٍ أَنَا فَاعِلُهُ تَرَدُّدِي عَنْ نَفْسِ الْمُؤْمِنِ يَكْرَهُ الْمَوْتَ وَأَنَا أَكْرَهُ مَسَاءَتَهُ

Sesungguhnya Allah berfirman: Barang siapa yang memusuhi wali-Ku maka sungguh Aku umumkan perang atasnya. Dan tidak ada (jalan) yang dilakukan hamba-Ku dalam rangka mendekatkan diri pada-Ku lebih aku cintai selain dari apa yang Aku fardhukan atasnya. Apabila hamba-Ku terus menerus melakukan pendekatan diri (taqarrub) kepada-Ku dengan amalan yang nawafil (sunnah) sampai Aku mencintainya. Bila Aku mencintainya, Aku akan menjadi pendengarnya bila ia mendengar, penglihatannya bila ia melihat, tangannya bila ia memikul, kakinya apa bila ia berjalan dan apabila ia meminta pasti akan Aku kabulkan dan apabila ia meminta perlindungan pasti akan Aku lindungi. Tidak ada sedikitpun Aku melakukan sesuatu seperti keraguan-ku (mencabut) jiwa (nyawa) seorang Mukmin yang membenci kematian, sedangkan Aku tidak mau menyakitinya. (HR. Imam Bukhari).

DUA. Ibadah Ramadhan berfungsi sebagai manajemen syahwat (hawa nafsu) melalui shiyam (mengendalikan syahwat). Sebagaimana kita harus memenej informasi dan ibadah, maka syahwat harus pula dimenej dengan baik. Sebab pada dasarnya, syahwat itu memiliki karakter berlawanan dengan otak dan jantung. Syahwat cenderung mendorong kita melakukan kejahatan dan dosa, sebagaimana yang dikatakan Nabi Yusuf ‘Alaihissalam :

وَمَا أُبَرِّئُ نَفْسِي إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلا مَا رَحِمَ رَبِّي إِنَّ رَبِّي غَفُورٌ رَحِيمٌ (53)

Dan aku tidak mampu membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhan Pencipta-ku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang. (QS. Yusuf [12] : 53)

Sebab itu, Allah ciptakan sistem kontrol atau manajemen syahwat melalui ibadah shiyam (puasa), karena pusat syahwat itu ada di dalam perut kita. Sebab itu, shiyam (puasa) Ramadhan adalah menahan diri dari makan, minum dan berhubungan seks sejak dari terbit fajar sampai tenggelam matahari selama sebulan penuh.

Pertanyaan berikutnya ialah : Kenapa orang-orang beriman diwajibkan Allah melakukan shiyam (puasa) selama satu bulan penuh? Kenapa pula sistem shiyam (puasa) itu harus dengan menahan diri dari tiga syahwat tersebut di siang hari, padahal di luar bulan Ramadhan di halalkan? Bahkan kalau dilanggar mendapat denda yang sangat berat, khususnya syahwat seks/kemaluan. Atau dengan kata lain : Apa hikmah di balik ibadah shaum (puasa dari syahwat makan, syahwat minum dan syahwat seks) itu?

Untuk menjawabnya, mari kita renungkan hadits Rasul Saw. berikut:

يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنْ اسْتَطَاعَ مِنْكُمْ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ

Wahai pemuda! Siapa di antara kalian yang sudah memiliki kemampuan, hendaklah ia menikah karena sesungguhnya menikah itu merupakan cara terbaik untuk bisa menundukkan pandangan dan cara terbaik untuk memelihara kemaluan. Dan siapa yang belum memiliki kemampuan maka hendaklah ia perbanyak shaum, karena sesungguhnya manfaat shaum itu baginya adalah pemecah syahwat. (HR. Imam Muslim)

الله أكبر, الله أكبر , الله أكبر كبيرا, و الحمد لله كثيرا و سبحان الله بكرة وأصيلا, لا اله الا الله, الله أكبر , الله أكبر و لله الحمد…..

Kaum Muslimin Wal Muslimat Rahimakumullah…

Ibadah shaum (puasa) itu bukan trand atau musim, melainkan latihan/training menahan dan memenej tiga induk syahwat halal yang bersemayam dalam diri kita, agar kita kuat menghadapi dorongan dan tipu daya syahwat makan, minum dan syahwat seks yang haram. Sebab itu pula, Allah syari’atkan shaum itu sepanjang tahun seperti, shaum 6 hari bulan Syawal, Senin dan Kamis, ayyamul bidh (setiap tanggal 13, 14 dan 15) bulan hijriyah, shaum ‘Arofah, shaum ‘Asyuro, dan bahkan shaum Daud, berpuasa sehari dan berbuka pada hari berikutnya. Kendati demikian, Allah wajibkan shaum kepada kita kaum Mukmin di bulan Ramadhan saja.

Bila ketiga syahwat tersebut termenej dengan baik, yakni sesuai dengan sistem yang Allah ciptakan untuk kita, maka dorongan melakukan dosa dan berbagai penyimpangan moral lainnya secara otomatis beralih menjadi dorongan memperbanyak ilmu dari Al-Qur’an, Sunnah Rasul Saw. dan ilmu yang bermanfaat lainnya, mempertebal keimanan dan memperbanyak amal shaleh.

Perlu kita ketahui, bahwa syahwat itu adalah ujian dari Allah untuk kita karena Allah ciptakan secara built in dalam diri kita. Yang harus kita lakukan bukanlah membunuhnya, melainkan memenejnya agar syahwat tidak bisa mengendalikan kita. Syahwat itu juga ibarat pisau bermata dua. Kalau tidak bisa kita menej dengan baik sesuai sistem Allah dan Rasul-Nya, maka kita akan dijebak agar jatuh ke dalam lembah kehinaan, melebihi hinanya binatang ternak, sebagaimana yang Allah firmankan :

وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ لَهُمْ قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آَذَانٌ لَا يَسْمَعُونَ بِهَا أُولَئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُولَئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ (179)

Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, karena mereka mempunyai jantung (hati), tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. (QS. Al-‘Araf [7] : 179)

Sebaliknya, jika syahwat tersebut bisa kita menej dan kendalikan sehingga tidak terjatuh kepada yang diharamkan Allah, melanggar sistem Allah dan terhindar dari materialisme, maka secara otomatis derajat kita menjadi tinggi dan mulia di sisi Allah, baik di dunia, terlebih lagi di akhirat, sebagaimana yang Allah firmankan :

فَأَمَّا مَنْ طَغَى (37) وَآَثَرَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا (38) فَإِنَّ الْجَحِيمَ هِيَ الْمَأْوَى (39) وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى (40) فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى (41)

Adapun orang yang melampaui batas atas sistem Allah (thaghut) (37) dan lebih mengutamakan kehidupan dunia (38) maka sesungguhnya neraka Jahim tempat tinggal(nya) (39) Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan mengendalikan keinginan hawa nafsunya, (40) maka sesungguhnya syurgalah tempat tinggal(nya) (41) (QS. An-Nazi’at [79] : 37 – 41)

Dari uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa Taqwa kepada Allah adalah kunci keberkahan hidup dan keselamatan diri di dunia dan di akhirat. Ibadah Ramadhan yang datang setiap tahun, sangat efektif untuk membentuk karakter taqwa dalam diri kita jika kita lakukan dengan benar dan maksimal, khususnya terkait manajemen informasi bagi otak kita, manajemen ibadah bagi jantung (hati) kita dan manajemen syahwat bagi perut kita. Mari kita tutup khutbah kali ini dengan berdo’a kepada Allah, semoga Allah kabulkan permintaan kita, karena Dialah sebaik-baik penerima doa.

أعوذ بالله من الشيطان الرجيم, بسم الله الرحمن الرحيم, الحمد لله رب العالمين, حمدا يوافي نعمه ويكافأ مزيده ياربنا لك المحمد ولك الشكر كما ينبغي لجلال وجهك الكريم وعظيم سلطانك, اللهم صل على محمد وعلى آله وصحبه أجمعين.

Yaa Allah, Tuhan Pencipta manusia dan alam semesta!!! Melalui Kitab Petunjuk-Mu, Al-Qur’an dan Sunnah Rasul-Mu Muhammad saw, dan juga melalui nikmat akal dan jantung (hati) yang Engkau anugerahkan kepada kami, kami telah mengetahui dan mengakui bahwa alam jagad raya ini Engkaulah Penciptanya. Tiada sekutu bagi-Mu dalam penciptaannya. Sebab itu, tidaklah pantas dan tidak logis pula jika kami menyekutukan-Mu dalam ibadah, ketaatan dan berbagai sistem hidup yang kami jalankan…. Alam dunia ini Engkau ciptakan dari ketiadaan, maka pasti juga akan berakhir kepada ketiadaan serta Engkau akan ganti dengan alam Akhirat yang kekal abadi. Oleh sebab itu, berikanlah kepada kami ilmu, hikmah dan kefahaman, kesadaran dari lubuk hati yang ikhlas untuk meyakini Keagungan dan Kebesaran-Mu agar kami mampu menjalankan Misi Ibadah dan Visi Khilafah yang Engkau telah tetapkan. Kami sadar bahwa kehidupan di dunia ini hanyalah sementara sebagai tempat kami berkarya, menegakkan kebenaran, keadilan dan memakmurkan bumi ini, serta menyelamatkan manusia agar tidak tersesat dari jalan-Mu yang benar.

Yaa Allah yang Maha Rahman!!! Rahmatilah kami melalui Al-Qur’an-Mu, jadikalah ia pemimpin, cahaya dan petunjuk hidup bagi kami. Yaa Allah, Ingatkan kami apa yang kami lupa dari Al-Qur’an. Ajarkan kepada kami kandungan Al-Qur’an yang belum kami ketahui. Berilah kami rezeki membaca dan menelaahnya di tengah malam, di awal dan di akhir siang… Jadikanlah Al-Qur’an itu hujjah (argumentasi), hiasan hati kami, penghapus kesedihan dan kepedihan kami dalam kehidupan di duni ini, wahai Tuhan Pencipta alam semesta.

Yaa Allah yang Maha Baik!!! Perbaikilah pemahaman kami terhadap Islam (sistem hidup) yang Engkau turunkan untuk mengatur tata cara kehidupan kami di dunia ini. Perbaiki pula kondisi kehidupan duniawi kami. Dan perbaiki juga bagi kami bekal untuk Akhirat yang akan menjadi tempat tinggal akhir kami. Jadikanlah kehidupan ini bagi kami sebagai ajang berlomba menggapai segala kebaikan. Hindarkan pula kami dari berbagai prilaku buruk dalam kehidupan ini. Dan jadikanlah kematian itu sebagai cara menghentikan kami dari segala kejahatan.

Yaa Allah yang Maha Rahim!!! Jadikanlah sebaik-baik umur kami adalah akhirnya, sebaik-baik amal kami adalah penutupnya dan sebaik-baik hari kami adalah ketika kami berjumpa dengan Engkau…Yaa Allah!!! Perbaiki akhir segala urusan kami… Hindarkanlah kami dari kehinaan dunia dan kesengsaraan Akhirat…

Yaa Allah Yaa Rohmaan… Anugerahkanlah kepada kami rasa takut pada-Mu yang menjadi dinding pemisah antara kami dengan maksiat kepada-Mu… ketaatan pada-Mu yang menyampaikan kami ke syurga-Mu… keyakinan pada-Mu yang meringankan kami dalam menghadapi musibah dan berbagai persoalan hidup kami…Anugerahkan pula kepada kami kenikmatan penglihatan, pendengaran dan kekuatan fisik selama kami masih Engkau berikan jatah hidup di dunia ini…Jadikanlah kenikmatan itu sebagai kekayaan warisan kami… Balaslah dendam kami pada orang yang menzalimi kami… Tolonglah kami terhadap orang-orang yang memusuhi kami… Dan janganlah Engkau jadikan kehidupan dunia ini sebagai tumpuan harapan kami yang paling utama, dan tidak pula konsentrasi utama ilmu kami… dan jangan Engkau kuasakan atas kami orang-orang yang tidak menyayangi kami dan tidak pula takut kepada-Mu…

Yaa Allah yang Maha Pengampun!!! Janganlah kiranya Engkau biarkan dosa-dosa kami yang hadir pada sholat Eid hari ini, kecuali telah Engkau ampunkan…demikian pula dengan dosa dan kesalahan seluruh umat Islam kapan saja dan di mana saja mereka berada. Tiada kesedihan kami kecuali Engkau hapuskan… Tiada hutang kami kecuali Engkau lunasi…Tiada kebutuhan duniawi dan ukhrawi kami kecuali Engkau penuhi…Yaa Arhamarraahimiin…

Yaa Allah Tuhan semesta alam, penguasa jagad raya dan berkuasa atas segala sesuatu. Perbaikilah pemimpin negeri ini, bimbing mereka ke jalan-Mu. Perbaiki pula kondisi SDM, ekonomi, politik, akhlak, budaya dan pendidikan negeri kami agar kami bisa segera keluar dari krisis multi dimensi yang berkepanjangan ini. Kalau tidak Engkau limpahkan kepada kami kasih sayang-Mu, cepat atau lambat, pasti kami dan negeri kami mengalami kehancuran. Kami sadar, betapa besarnya dan banyaknya tanda dan fakta yang mengisyaratkan bahwa negeri kami sedang menuju kehancuran…. Sebab itu, di hari kemenangan seperti ini sepantasnya kami bergembira. Namun kami tidak bisa bergembira, melainkan berduka dan bersedih hati sebagai bukti kami menyadari kondisi kami dan kondisi negeri kami yang sesungguhnya, kendati di antara kami dan di antara pejabat negeri kami dan pengusaha Muslim negeri kami masih saja tertawa terbahak- bahak, tanpa menyadari sistuasi dan kondisi yang sesungguhnya…

Yaa Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang… Terimalah semua amal ibadah kami yang kami lakukan di bulan Ramadhan 1432 H yang baru saja kami lewatkan. Jadikanlah semua amal ibadah itu sebagai timbangan kebaikan kami di akhirat kelak, di padang mahsyar di mana di sana Engkau akan tentukan nasib terakhir kami apakah kami pantas masuk syurga-Mu atau ke neraka-Mu. Kami sadar amal kami tidak sebanding dengan nikmat yang Engkau berikan kepada kami. Namun kami juga berharap Engkau hindarkan kami dari neraka-Mu dan dengan ridha-Mu Engkau masukkan kami ke dalam syurga-Mu.

Yaa Allah Tuhan yang berhak disembah dan dicintai… Ampunilah segala dosa kami, dan juga dosa kedua orang tua kami. Limpahkan kasih sayangmu kepada mereka sebagaimana mereka menyayangi kami di waktu kami masih kecil.

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

“Ya Tuhan Pencipta kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di Akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka”.

آمين يارب العالمين, والحمد لله رب العالمين

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

sumber : eramuslim.com

Tidak ada komentar: