Kita harus menjaga makanan yang kita makan, tidak boleh berlebih kadar kolesterolnya, tidak boleh makan ini, tidak boleh makan itu, harus mengkonsumsi vitamin ini, minum obat itu dan seterusnya plus harus berolahraga sesuai apa yang disarankan oleh dokter. Kita akan mematuhinya karena memang kita ingin fisik (jasadiyah) kita sehat. Memang nikmat sehat itu mahal. Karena tidak sedikit orang yang ketika terkena suatu penyakit dan perlu dirawat dirumah sakit serta perawatan dokter secara intensif, dapat menghabiskan biaya dengan jumlah yang tidak sedikit. Oleh karenanya itu banyak orang yang tidak ingin sebenarnya dirinya sakit, mereka ingin sehat karena sehat itu mahal. Dan kita yang diberi nikmat kesehatan, senantiasalah kita bersyukur kepada Allah SWT yang telah meberikan nikmat sehat itu kepada kita, Alhamdulillahirabbil’alamin - segala puji hanya milik Allah tuhan semesta alam. Semoga Allah memberikan kemudahan kepada kita untuk senantiasa bersyukur atas segala nikmat yang diberikan-Nya.
Kalau MEDEX yang untuk fisik (jasadiyah) saja kita lakukan pernahkah kita coba untuk MEDEX RUHIYAH, karena manusia memiliki dua unsur yaitu jasad dan ruh. Medex Ruhiyah adalah pemeriksaan untuk mengetahui apakah ruhiyah kita dalam keadaan sehat atau sebaliknya ruhiyah kita sedang mengalami sakit. Lakukan Medex Ruhiyah ini dengan Muhasabah, obati dengan meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT, menuntut ilmu dan berteman dengan orang-orang yang shalih.
Muhasabah
Apa yang bisa kita lakukan untuk MEDEX RUHIYAH ini, sederhana sekali seperti yang saya sebutkan di atas, lakukan dengan muhasabah. Muhasabah berasal dari kata hasiba-yashabu yang artinya menghisab atau menghitung. Dengan kata lain kita mencoba interopeksi atau evaluasi diri kita. Khalifah Umar bin Khatab ra. pernah memberikan tausyiahnya kepada sahabat yang lainnya “Hisablah diri kalian sebelum kalian di hisab”, maksudnya hitunglah amal apa yang sudah anda lakukan sebelum kalian di hitung di akhirat kelak yaitu di yaumul hisab. Dan Allah SWT juga memerintahkan kepada orang yang beriman untuk bertakwa kepada-Nya dan memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok, apakah sudah cukup kita berbekal untuk akherat kelak, firman-Nya di dalam Al-Qur’an “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al Hasyr:18)
Dan Rasulullah SAW dalam satu hadistnya menyebutkan orang-orang yang senantiasa mengevaluasi dirinya dalam orientasi akhirat adalah mereka orang-orang yang cerdas, “Orang yang cerdas (Al-Kayyis) adalah mereka yang selalu mengevaluasi (aktifitas) dirinya dan beraktivitas demi orientasi akhirat, (sedang) orang yang bodoh adalah orang yang selalu menuruti hawa nafsunya dan berkhayal mendapatkan ridho Alloh (tanpa beramal sholih)” (HR. At Tirmidzi)
Dengan muhasabah kita akan mengetahui sejauh mana selama ini diri kita, sudahkah kita senantiasa beribadah kepada-Nya, atau selama ini kita dalam kemaksiatan dan selalu memperturutkan hawa nafsu. Ya, dengan muhasabah kita akan mengetahui jawabannya. Kalau kita dapati hasil dari muhasabah itu kita sudah dalam keta’atan kepada-Nya istiqamahlah, tingkatkan lagi amal ibadah kita dan jangan merasa cukup dengan amal yang sudah kita kerjakan. Seandainya kita mendapati diri kita jauh dari perintah Allah dan sering melakukan sesuatu yang dilarang-Nya berarti kita sedang mengalami sakit, sakit yang perlu segera diobati, tidak boleh tunggu nanti atau esok, harus segera detik ini juga. Istighfar kepada Allah dan bertaubat dan mulailah berbenah untuk mengobati ruhiyah kita yang sedang sakit itu. Tidak ada kata terlambat dalam mengobati ruhiyah kita yang sedang sakit, karena Allah SWT maha pengasih dan maha penyayang, maha pengampun dosa dan maha penerima taubat. Seperti yang difirmankan-Nya dalam Qs. At Taubah:118 yang artinya: “…Sesungguhnya Allah-lah Yang maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.”
Meningkatkan kualitas iman dan taqwa
Tingkatkan keimanan kita dengan senantiasa mencoba melakukan ibadah-ibadah yang kita sanggup untuk mengerjakannya. Karena iman akan bertambah ketika kita dalam keta’atan kepada-Nya yang berarti juga ruhiyah sedang dalam keadaan sehat dan sebaliknya iman kita akan berkurang ketika kita berada dalam kemaksiatan kepada Allah yang dengan itu berarti ruhiyah kita sedang mengalami sakit. Oleh karena itu taqwa dalam diri juga harus kita tingkatkan yaitu dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhkan larangan-Nya. Definisi taqwa lainnya adalah mencegah diri dari adzab Allah dengan berbuat amal sholeh dan takut kepada-Nya dikala sepi atau terang-terangan. Ada lagi definisi taqwa menurut sahabat, dalam satu riwayat disebutkan bahwa Umar bin Khattab ra. pernah bertanya kepada Ubay bin Ka’ab tentang taqwa. Ubay ra. menjawab, ”Bukankah anda pernah melewati jalan yang penuh dengan duri?”, “Ya” jawab Umar, Ubay kembali bertanya “Apa yang anda lakukan saat itu?”, “Saya bersiap-siap dan berjalan dengan sangat hati-hati” jawab Umar, “Itulah taqwa” Ubay menegaskan. Itulah definisi taqwa menurut Ubay bin Ka’ab berdasar dari jawaban Umar ra, kehati-hatian kita ketika kita melewati jalanan yang penuh dengan duri, jangan sampai kita menginjaknya. Dan orang yang bertaqwa akan dimuliakan oleh Allah SWT di sisi-Nya. QS. Al Hujurat:13 “… Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”
Menuntut ilmu
Menuntut ilmu adalah kewajiban. Kewajiban menuntut ilmu pernah di sampaikan Rasulullah SAW dalam salah satu hadistnya yang terkenal, Rasulullah bersabda: “Menuntut ilmu adalah kewajiban atas setiap muslim.” (HR. Thabrani). Ayat pertama yang turun kepada Nabi Muhammad SAW adalah “Iqra” yang berarti bacalah (Qs. Al Alaq:1). Dengan menuntut ilmu yang tadinya kita bodoh akan menjadi berilmu. Yang dengan ilmu itulah modal kita untuk beribadah kepada Allah SWT. Dengan menuntut ilmu kita mengetahui bagaimana cara kita berwudhu, bagaiman cara kita shalat, shalat itu lebih baik berjamaah dari pada sendiri dan seterusnya. Dan Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang berilmu pengetahuan, itu janji-Nya di dalam Al-Qur’an “… niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat…” (QS. Al Mujadilah:11). Banyak cara untuk kita menuntut ilmu, dengan menghadiri majelis-majelis ilmu baik dilingkungan rumah kita atau di kantor tempat kita bekerja, dengan cara membaca buku keislaman, melalui ceramah-ceramah agama di radio dan di televisi dan ditempat sarana-sarana menuntut ilmu lainnya.
Berteman dengan orang shalih
Orang-orang shalih yang ada di sekitar kita bertemanlah kepada mereka. Kenapa kita harus berteman kepada mereka, yang pertama karena orang yang shalih senantiasa dalam hidupnya selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT, yang kedua orang yang shalih senantiasa nasihat-menasihati dan senantiasa mengajak untuk berbuat amal shalih dan yang ketiga supaya ke shalihannya juga melekat pada diri kita.
Orang-orang shalih senantiasa dalam hidupnya selalu mendekatkan dirinya kepada Allah SWT, senantiasa tercurahkan rahmat-Nya dan terlihat ketenangan pada wajah mereka. Yang dengan itu ketika kita berteman dengan mereka maka kita akan juga merasakan ketenangan. Rasulullah bersabda “Tidaklah suatu kaum duduk mengingat Allah Ta’ala kecuali para Malaikat akan mengelilingi mereka dan mereka akan diliputi oleh rahmat Allah serta akan diturunkan kepada mereka ketenangan dan Allah akan memuji mereka di hadapan makhluk yang ada di sisi-Nya.” (HR. Muslim)
Orang-orang shalih selalu nasihat-menasihati dan senantiasa mengajak untuk bersama berbuat amal shalih, yang ketika kita berteman dengan mereka kita akan mendapatkan nasihat-nasihat yang baik dan mengajak kita untuk berbuat kebaikan.
“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?" (QS. Fushshilat : 33)
“Demi masa, Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. (QS. Al-Ashr : 1-3)
Keshalihan orang-orang yang shalih ketika kita berteman dengan mereka, lambat laun akan melekat juga keshalihan pada diri kita. Oleh karenanya lingkungan memang sangat berperan terhadap perubahan diri seseorang. Ketika lingkungan kita shalih maka kita juga akan menjadi shalih. Rasulullah bersabda "Sesungguhnya perumpamaan teman yang shalih dan teman yang buruk seperti pembawa minyak wangi dan tukang pandai besi. Si pembawa minyak wangi mungkin ia akan menghadiahkannya kepadamu atau kamu membeli darinya atau paling tidak kamu dapat mencium aroma semerbak wangi darinya. Adapun si pandai besi mungkin api akan membakar bajumu atau paling tidak kamu akan mencium bau tidak sedap darinya”. (HR. Bukhari Muslim)
Sedikit ilmu dalam tulisan ini khusus ditujukan kepada saya pribadi hamba yang dhaif, segala apa yang tersampaikan benar dalam tulisan ini datangnya dari Allah SWT. Semoga Allah SWT memberikan hidayah-Nya kepada kita semua dan selalu menuntun kita tetap berada di Jalan-Nya. Amin.
Wallahu a’lam bishshawab.
(Addy Aba Salma)
sumber : www.eramuslim.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar