Minggu, 10 Juli 2011

BI Belum Akan Atur Gaji dan Bonus Bankir RI

Bank Indonesia (BI) belum akan mengatur renumerasi gaji dan bonus para bankir walau Finansial Stability Board (FSB) telah meminta seluruh anggotanya. Bank sentral menilai gaji dan bonus bankir di Indonesia masih bisa dibilang cukup rendah dibandingkan di negara-negara maju.

"Soal itu masih berjalan terus jangan menganggap itu sudah harus dilaksanakan walaupun di negara maju bonus dan gaji di sana memang menonjol di sana sangat tinggi sekali," ujar Gubernur BI Darmin Nasution ketika ditemui di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (6/7/2011).

Rencana pengaturan renumerasi dibahas tuntas dalam forum pengkajian keuangan di FSB. Dijelaskan seluruh anggota FSB termasuk Indonesia meminta mengatur kompensasi di sektor perbankan masing-masing agar tidak menimbulkan moral hazard dan risiko yang berlebihan pada kemudian hari.

FSB merupakan forum pengkajian keuangan yang diberi mandat negara kelompok G-20 untuk menyusun prinsip kompensasi. Hal itu dilakukan setelah renumerasi eksekutif lembaga keuangan dunia dipandang sebagai penyebab utama timbulnya risiko berlibahan pada krisis global 2008.

Dalam FSB itu ada sembilan prinsip, tetapi yang mengatur langsung renumerasi pada prinsip satu hingga tujuh. Adapun detilnya, prinsip pertama dan kedua terkait dengan keterlibatan dewan direktur perusahaan dalam merancang dan memonitoring sistem operasional renumerasi.

Prinsip 3, fokus kepada diperlukannya independensi dari unit control untuk memastikan bahwa sistem kompensasi efektif untuk direview.

Sementara itu, prinsip 4 mengatur praktik kompensasi terhadap pengurangan intensif karyawan dalam mengambil risiko berlebihan. Prinsip 5 menggambarkan karakteristik hasil kompensasi yang harus dicapai. Prinsip 6 penundaaan pembayaran dan prinsip 7 metode pembayaran.

"Kita itu sepanjang itu belum merupakan suatu yang penting harus dilakukan," terang Darmin.

Padahal sebelumnya, BI sendiri mengungkapkan perbankan di Indonesia bisa dibilang yang paling 'boros' dibandingkan negara lain di kawasan ASEAN. Bank sentral mencatat BOPO perbankan alias rasio biaya operasional dibagi pendapatan operasional mencapai 88,6%. Tingginya BOPO tersebut salah satunya dikarenakan faktor biaya gaji yang tinggi.

Direktur Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan Bank Indonesia Wimboh Santoso mengatakan semakin tinggi BOPO maka semakin dibilang bank itu tidak efisien.

"Yang menyebabkan BOPO tinggi itu adalah komponen suku bunga dan terutama masalah biaya gaji," katanya.

Wimboh memaparkan, perbankan di kawasan ASEAN yang memiliki tingkat BOPO rendah yakni Malaysia. Di mana, lanjut Wimboh rasio BOPO nya hanya sebesar 40%. "Itu berarti bank-bank di Malaysia sangat efisien," kata Wimboh.

Mengapa bisa paling efisien? Wimboh mengungkapkan teknologi yang digunakan sangat mumpuni dan gaji pegawai lebih efisien dan didukung oleh pendapatan yang tinggi.

"Perbankan kita ada yang sudah maju teknologinya tapi kan ada banyak bank di mana sampai 122 bank oleh sebab itu secara agregat ya bank dengan teknologi maju tidak bisa mengangkat yang belum maju," kata Dia.

(dru/dnl)

sumber : http://finance.detik.com/read/2011/07/06/140345/1675864/5/bi-belum-akan-atur-gaji-dan-bonus-bankir-ri

Tidak ada komentar: