Senin, 13 Juni 2011

Akhirnya TKI di Malaysia Bisa Berselancar di Dunia Maya

Oleh : Muhammad Iqbal (Presiden Union Migrant (UNIMIG) Indonesia)

Malaysia merupakan salah satu negara yang menjadi tujuan utama bagi pekerja migran atau yang dikenal denga istilah TKI. Selain jarak geografis yang dekat, Malaysia merupakan negara jiran yang memiliki kedekatan geografis dan kesamaan budaya dengan Indonesia.

Namun kebebasan dan kehidupan TKI di Malaysia jangan sama kan dengan TKI kita di Singapura. Hongkong atau Taiwan, karena di Malaysia gerak TKI sangat terbatas, bahkan untuk kesejahteraan juga mereka harus berhemat, karena standar gaji yang tidak terlalu besar, untuk TKI yang bekerja pada sektor PRT rata-rata di Gaji RM.500/bulan atau sekitar 1,5 juta, pekerja restoran dan petugas kebersihan sekitar RM.700 atau sekitar 2 juta rupiah, pekerja pabrik basik sekitar RM.600 di tambah dengan overtime bisa sampai RM.800-RM.1000.

Demikian juga dengan kebebasan, mereka ketika berpergian keluar selalu berada dalam ketakutan karena paspor di pegang majikan, dan polisi dan rela sering melakukan razia dan cenderung mencari-cari kesalahan TKI. Bahkan banyak di antara mereka yang tidak berani bepergian jauh karena takut di tangkap. Bahkan untuk pekerja sektor PRT hampir 90% tidak diberikan waktu libur sehingga mereka haus akan informasi dan komunikasi dengan dunia luar.

Melihat fenomena ini kami yang tergabung dalam serikat pekerja migran Indonesia atau Union Migrant (UNIMIG) Indonesia memberikan pelatihan komputer gratis kepada para TKI dan paguyuban TKI di Malaysia, para TKI hanya diminta menfoto copy modul (40 halaman) dan sertifikat yang kami buat (RM.5/orang) . Pelatihan ini kami lakukan bersama beberapa rekan mahasiswa Indonesia yang sedang studi di Malaysia, Muhammad Iqbal (Kandidat Doktor Psikologi Universiti Kebangsaan Malaysia), Fadli Sirait (Kandidat Doktor Teknik Elektro Universiti Malaya) Ramdhan Muhaimin dan Nabil Ahmad Fauzi (Kandidat Master Studi Pertahanan dan Strategi Universiti Kebangsaan Malaysia dan Alfaroby juga dari UKM di bantu oleh beberapa rekan sukarekawan membuat program pelatihan komputer bagi TKI, kami menyediakan modul yang sederhana agar mudah di pahami oleh TKI.

Strategi Program

Karena kami ingin meringankan beban TKI, kami mencari sponsor untuk melakukan kegiatan ini, awalnya kami mengandalkan kocek sendiri dan sumbangan rakan kami di KBRI dan Alhamdulillah untuk pelatihan yang ketiga kami di Nilai di Negeri Sembilan kami dapat sponsor dari Lembaga Amil Zakat Dhompet Dhuafa.salah satu peristiwa tak terlupakan adalah ketika kami telah menyewa sebuah warnet dan pelatihan sudah mulai berjalan, kami hitung-hitung keuangan ternyata masih kurang, sementara peserta sangat antusias bahkan mereka rela antri dan satu komputer berdua, namun kami tetap optimis, Alhamdulillah siang itu dengan modal sms dan tlp kami dapat bantuan dari atase tenaga kerja KBRI Kuala Lumpur, walaupun jumlahnya tidak besar, pas untuk membayar sewa warnet dan operasional pelatihan dengan melibatkan 4 orang instruktur.

Karena kami tidak memiliki komputer dan ruangan, strategi kami adalah menyewa rental komputer (Warnet) di area sekitar tempat TKI bekerja/asrama TKI, target awal kami adalah yang mudah di jangkau, yaitu pekerja pabrik/kilang dan pekerja bangunan, kami mendatangi mereka secara berkelompok, mengenalkan UNIMIG selaku organisasi serikat pekerja dan memberikan pelatihan secara gratis kepada mereka. Untuk memulai pelatihan kami perlu datang 2-3 kali untuk survei tempat, memastikan peserta, jarak rumah kami dengan base camp paguyuban tki rata-rata 30-40 km dan kami lakukan dengan senang hati khususnya di waktu week end di sela-sela kesibukan kami menyelesaikan disertasi.

Materi training yang kami lakukan masih pada tahap dasar, karena banyak diantara mereka yang buta sama sekali dengan internet, seperti MS Word, Exel, cara buat email, cari informasi di Google, buat jejaring sosial (FB),cara baca berita online, chating yang mudah, dan tidak lupa kami perkenalkan cara membuat pengaduan online kalau ada masalah. Alhamdulillah sambutan peserta sangat bersemangat, bahkan kami pernah dalam sehari membuat 3 gelombang karena mereka bekerja secara shift, waktu yang kami sediakan dalam kursus 2-3 jam/sesi, dari pagi hingga malam hari, tidak jarang pula kami harus menguras kocek alias nombok karena modul yang dan sertifikat yang sudah kami buat tidak terpakai karena banyak TKI yang tidak hadir pada hari H. Namun kami tetap bersemangat dan yakin ini menjadi amal ibadah, jarang yang berjauhan dengan tempat tinggal kami di kajang tidak menyurutkan langkah kami untuk tetap berbuat yang terbaik bagi para pahlwan devisa.

Saat ini tercatat sudah 3 paguyuban (sekitar 150 TKI) yang kami latih : Forum Komunikasi Muslimah (FOKMA) Sungai Way, Kuala Lumpur, Paguyuban Konslet di Sah alam selangor, dan Paguyuban TKI Nilai negeri Sembilan tidak lupa setelah memberikan pelatihan kami berikan sertifikat sebagai bekal bagi mereka ketika pulang ke kampung halaman,

Namun sayang pelatihan ini harus berhenti….karena kami sibuk dengan studi, dan kurangnya sponsor yang mau membiayai program ini. ……..tapi kita sekarang bisa terseyum para alhamdulillah TKI di Malaysia sekarang sudah bisa berselancar di dunia Maya. Jejaring sosial mereka sangat aktif. Hanya ini yang bisa kami lakukan….tapi kami yakin kami sudah membuat apa yang bisa kami buat……selamat

Paguyuban TKI di Nilai Negeri sembilan selesai mengikuti pelatihan komputer

Silaturahmi dan Sosialisasi UNIMIG di Markas paguyuban Konslet Sah Alam (40 km dari tempat tinggal kami di kajang)

Anggota paguyuban konslet latihan komputer di Sah Alam

Pelatihan di daerah Nilai Negeri Sembilan, di sponsori Dompet Dhuafa Jakarta

Pelatigan di salah satu warnet di Negeri Sembilan

Paguyuban konslet berselancar di dunia maya

Sertifikat untuk paguyuban konslet

Instruktur memberikan arahan kepada peserta pelatihan di Sungai Way, Kuala Lumpur

Mereka bersemangat padahal mereka baru saja tidak tidur malam karena kerja shift malam, namun semangat mengembangkan diri

Profile UNIMIG

Union Migran (UNIMIG) Indonesia, atau dikenal juga dengan Serikat Pekerja Migran Indonesia (SPMI), didirikan di Medan, pada hari Ahad tanggal 21 September 2008 di Medan Sumatera Utara. Berdirinya SPMI merupakan atas inisiatif Assosiasi Pekerja (Aspek) Indonesia dengan Union Migran Malaysian Council (UNI MLC) dan didukung penuh oleh International Labour Organization (ILO) Jakarta. SPMI didirikan atas keprihatinan dan wujud solidaritas dari serikat Indonesia dan Malaysia atas perlakuan buruk dan diskriminasi pekerja migrant Indonesia di luar negeri. Pada tanggal 18 Desember 2008 SPMI telah dilakukan launching perdana dan kongres I di Kuala Lumpur yang dihadiri oleh organisasi Serikat Pekerja Indonesia, Malaysia dan paguyuban pekerja.

UNIMIG telah terdaftar sebagai Serikat Pekerja mandiri resmi pada Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Depnakertrans) Jakarta dengan No. Pendaftaran 571/ V/ P/ II / 2009 pada tanggal 2 Februari 2009. UNIMIG. Pada tanggal 21 Maret 2009 UNIMIG telah resmi berafiliasi kedalam Assosiasi Serikat Pekerja (Aspek) Indonesia yang merupakan anggota Union Network International (UNI) yang berpusat di Nyon Switzerland.

sumber : http://edukasi.kompasiana.com/2011/05/29/akhirnya-tki-di-malaysia-bisa-berselancar-di-dunia-maya/

Tidak ada komentar: