Pembantu rumah tangga, profesi yang dipandang sebelah mata oleh kebanyakan orang di negeri ini. Tidak sedikit mereka yang menjalani profesi ini mendapat perlakuan kasar bahkan seakan kastanya lebih rendah. Namun ketika mereka tidak ada, contohnya seperti masa lebaran dimana mayoritas pembantu mudik atau pulang kampong, para majikan pun kelimpungan.Setelah perjuangan panjang, kini ada secercah harapan bagi para pembantu rumah tangga yang kebanyakan kurang berpendidikan atau bahkan tidak pernah mengenyam bangku sekolah. Dalam konferensi organisasi buruh internasional ILO di Jenewa, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Muhaimin Iskandar telah menyepakati untuk meningkatkan hak pembantu rumah tangga di Indonesia. Hak-hak pembantu rumah tangga tersebut diantaranya adalah hak hari libur, cuti melahirkan dan asuransi kesehatan sebagaimana hak yang diperoleh pekerja di sektoor lainnya.
“Secara akumulatif hak hari libur misalnya bila ditotal sama (dengan pekerja lain), juga fasilitas tempat tinggal, meski harus sabar untuk menunggu ketetapan formal," demikian ucap Muhaimin sebagaimana dirilis oleh BBC Indonesia.
"Setelah konvensi ini, kita akan menyiapkan program ratififikasi, apakah langsung ratifikasi atau penyempurnaan undang-undang atau pembuatan undang-undang Penata Laksana Rumah Tangga (PLRT)," demikian tambahnya.
Harapan Muhaimin, ketetapan atau undang-undang ini dapat selesai tahun depan. Berkenaan dengan upah minimum bagi para pembantu rumah tangga ini, Muhaimin mengakui bahwa hal ini masih perlu dipikirkan. Menurutnya, jika hal ini ditetapkan dapat berpengaruh pada para pengguna jasa pembantu itu sehingga dikuatirkan malah menimbulkan tambahan pengangguran nantinya.
Usaha pemerintah untuk menyejahterakan para pembantu rumah tangga patut diacungi jempol. Semoga hal ini tidak hanya wacana, namun benar-benar diterapkan. Namun selain itu, para pembantu rumah tangga juga perlu meningkatkan pelayanannya, sehingga para pengguna jasanya tidak kecewa.
sumber : http://www.jawaban.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar